Rabu, 06 November 2013

EMPAT TINGKATAN DALAM TASAWUF

Empat Tingkatan dalam Tasawuf





Tingkatan-Tingkatan Ibadah (Maqam Ibadah)
Sebagaimana yang dijelaskan dalam ilham sirriyah dibawah ini:
Wahai Hambaku, Tiada penyembahan yang lebih Ku utamakan darimu, kecuali bermula dari pengenalan yang membawa pendekatanmu pada-Ku, dan akan berakhir pada kecintaanmu pada Dzat-Ku. Maka jauhkanlah segala penyembahan yang menghijabmu, sebab tiada dikatakan suatu penyembahan apabila penyembahan itu masih menjauhkan dari keberadaan apa yang disembahnya.” (Buku Sastra Ilahi, ilham Sirriyah, Hikmah/ Mizan, 2004)
Dari keterangan diatas ada empat maqam ibadah:
1.     Maqam Pengenalan.
Dikatakan pengenalan karena yang berperan secara dominan adalah akal, oleh karena itu sholat ini juga disebut sholatnya akal. Sehingga akal paling tidak harus mengetahui dan memahami setiap bacaan dan mengerti makna setiap gerakan dalam sholat. Ini adalah tahap awal. Kalau ini tidak bisa dicapai, maka penyembahan kita tidak lebih baik dari makhluk-makhluk lainnya yang hanya bisa bertasbih kepada Allah swt. Dalam ilham Sirriyah dikatakan :
“Wahai Hamba-Ku tiadalah makhluk yang mampu mengenal-Ku kecuali bagi hamba-hamba yang kuperintahkan untuk menyembah-Ku dan bila diantara mereka menyembah-Ku tanpa mengenal-Ku maka sesungguhnya penyembahan mereka tiada akan lebih baik dari pada makhluk-makhluk yang telah Ku-kehendaki hanya untuk bertasbih kepada-Ku lantaran padanya tiada kemampuan yang Ku-letakkan untuk dapat mengenal hakekat diri-Ku.” 
2.     Maqam Pendekatan
Dikatakan pendekatan karena yang berperan dominan dalam hal ini adalah rasa. Kalau akal hanya mampu untuk mengenal tanda-tanda secara lahir dan memberikan rambu-rambu serta batasan-batasan yang harus dijaga dengan hati-hati, maka rasa bisa melampaui hal itu untuk mendekat kepada-Nya. Rasalah yang bisa merasakan kedekatan seorang hanba kepada Tuhannya, sedangkan pengenalan melalui akal dapat dibawa untuk memancing rasa dekat dengan Allah swt. Didalam Sirr dikatakan:
“Wahai Hamba-Ku, hadapkanlah wajahmu kepada-Ku dengan segenap ingatan yang menyentuh rasamu hingga dari padanya engkau mendapati wajah-Ku didalam hatimu dan tiada sebaik-baik ingatan melainka ingatan yang merasai kehadiran-Ku.”
Perlu kita ketahui bahwa rasa dekat ini adalah anugerah Allah swt. Kita tidak bisa mendatangkannya begitu saja kapan kita mau. Melainkan tugas kita hanyalah berniat dan berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
3.     Maqam Penyaksian
Dikatakan penyaksian karena dalam Maqam ini seorang hamba telah bisa menyaksikan Tuhan yang disembahnya dengan mata hatinya. Ketiak Ali bin Abi Thalib ditanya, apakan dia menyaksikan (melihat) Tuhannya. Ali Menjawab, bagaimana aku menyembah Tuhan yang tidak kusaksikan?, penyaksian ini terjadi ketika sang hamba telah mampu melihat dibalik rasa dekat yang mendatanginya (yang dianugrahkan Allah swt kepadanya).
4.     Maqam Cinta (Mahabbah)
Maqam ini adalah maqam tertinggi penyembahan seorang hamba kepada Tuhannya, sehingga ibadah apapun yang dilakukan oleh seoarang hamba tidak lagi merupakan kebutuhan dan kewajiban atas dirinya melainkan adalah luapan kerinduan seorang kekasih yang ingin bertemu dengan kekasih yang dicintainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar